PAPUA1.COM – BIAK, Pada bulan April 2025, sebuah laporan dari situs berita militer Amerika Serikat (AS), Janes, mengungkapkan bahwa Moskow telah mengajukan permintaan resmi untuk menggunakan Pangkalan Angkatan Udara (PAU) Manuhua yang terletak di Biak Numfor, Provinsi Papua, Indonesia.
Dalam laporan yang berjudul “Indonesia Mulls Options after Russia Seeks Access to Air Force Base”, Janes mengklaim bahwa permintaan tersebut diajukan setelah pertemuan antara Sekretaris Dewan Keamanan Federasi Rusia, Sergei Shoigu, dan Menteri Pertahanan Indonesia, Sjafrie Sjamsoeddin, pada Februari 2025.
Namun, laporan tersebut segera dibantah oleh pemerintah Indonesia. Dalam perkembangan selanjutnya, baik Kementerian Pertahanan maupun Kementerian Luar Negeri Indonesia mengeluarkan pernyataan yang menegaskan bahwa laporan tersebut tidak benar.
Apa sebenarnya yang terjadi di balik permintaan Rusia tersebut, dan bagaimana respons yang muncul dari Indonesia serta dunia internasional?
Pangkalan Udara Manuhua di Biak: Lokasi Strategis dengan Potensi Besar
Pangkalan Udara Manuhua di Biak, yang terletak di ujung utara Papua, memiliki posisi geografis yang sangat strategis. Terletak di perairan yang dekat dengan jalur laut internasional, pangkalan ini berpotensi menjadi titik krusial bagi negara manapun yang berencana untuk memperkuat kehadirannya di kawasan Indo-Pasifik.
Manuhua menjadi lokasi yang sangat relevan dalam konteks keamanan regional, terutama mengingat ketegangan yang semakin meningkat di Laut China Selatan dan perairan sekitarnya.
Kehadiran pangkalan udara asing di wilayah tersebut tentunya akan menambah kompleksitas geopolitik di kawasan yang sudah penuh dengan dinamika kekuatan besar, seperti Amerika Serikat, China, dan negara-negara di kawasan ASEAN.
Dengan demikian, permintaan Rusia untuk menempatkan pesawat di Pangkalan Udara Manuhua memiliki implikasi besar tidak hanya bagi Indonesia, tetapi juga bagi stabilitas dan keamanan kawasan Asia-Pasifik.
Rusia dan Indonesia: Hubungan Militer yang Berkembang
Hubungan antara Rusia dan Indonesia dalam beberapa tahun terakhir semakin erat, terutama di bidang kerja sama militer dan pertahanan. Kedua negara telah terlibat dalam sejumlah latihan militer bersama, serta kesepakatan untuk memperkuat alutsista (alat utama sistem senjata) Indonesia, termasuk pembelian pesawat tempur Su-35 dari Rusia.
Oleh karena itu, meskipun tidak ada konfirmasi resmi tentang apakah Rusia benar-benar mengajukan permintaan untuk menggunakan pangkalan di Biak, konteks hubungan yang lebih besar ini memberi gambaran tentang potensi kerja sama militer yang lebih dalam antara kedua negara.
Namun, meskipun ada kedekatan dalam hubungan militer, pengajuan permintaan semacam itu tentu akan menimbulkan banyak pertanyaan.
Mengingat kedekatan Indonesia dengan negara-negara besar seperti Amerika Serikat, Australia, dan Jepang, yang memiliki kepentingan besar di kawasan tersebut, keputusan untuk memberi izin penggunaan pangkalan udara oleh negara besar seperti Rusia akan mempengaruhi kebijakan luar negeri Indonesia.
Tanggapan Pemerintah Indonesia: Klarifikasi dan Penolakan
Menanggapi laporan dari Janes, Frega Wenas, juru bicara Kementerian Pertahanan Indonesia, dengan tegas membantah berita tersebut, menyatakan bahwa informasi yang beredar adalah “tidak benar”.
Pernyataan ini kemudian diperkuat oleh Roy Soemirat, juru bicara Kementerian Luar Negeri Indonesia, yang juga menegaskan bahwa pihaknya belum mendengar mengenai permintaan dari Rusia untuk menggunakan pangkalan udara di Biak.
Penegasan ini menunjukkan bahwa pemerintah Indonesia tetap mempertahankan kebijakan luar negeri yang independen dan berhati-hati dalam membuat keputusan yang dapat mempengaruhi hubungan diplomatiknya dengan negara-negara besar lainnya.
Meskipun Indonesia tidak menutup kemungkinan untuk bekerja sama dengan Rusia dalam hal pertahanan, mereka juga perlu mempertimbangkan dampak dari keputusan tersebut terhadap hubungan mereka dengan negara-negara Barat dan negara-negara besar lainnya di kawasan Asia-Pasifik.
baca juga :
Peneguhan sidi baru